PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) adalah perusahaan yang didirikan
sebagai pelopor produsen pupuk urea di Indonesia di Palembang Sumatera Selatan.
Pusri memulai operasional usaha dengan tujuan utama untuk melaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional, khususnya di industri pupuk dan kimia lainnya.
PT PUSRI paham betul
dampak proses sebuah perusahaan petrokimia yang memproduksi urea terhadap
lingkungan. Karenanya, komitmen terhadap kelestarian lingkungan lebih
diutamakan. Dalam pengelolaan limbah pabrik, usaha-usaha diarahkan pada
penekanan dan pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dengan
prinsip 5 R + 1 T (Reduce, Recovery, Recycle, Reuse, Refine, and Treatment). Teknisnya,
antara lain dengan mengurangi limbah dari sumber, daur ulang. Lalu pengambilan
dan pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi bersih dan
pengolahan. PT Pusri
sudah menerapkan sebuah sistem pengelohan limbah yang didukung dengan alat-alat
canggih berkualifikasi internasional. Unit-unit itu terdiri dari beberapa
bagian seperti unit pengolah limbah cair, unit pengolah limbah minyak, pengolah
limbah gas, dan polusi suara.
Unit
pengolah limbah cair terdiri dari alat yang disebut Biological Pond (kolam
biologi). Ini merupakan unit pengolah limbah cair yang menggunakan bakteri
untuk menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan Amoniak. Kolam biologi ini terdiri dari 6 buah kolam yang
dengan ukuran total 25 x 100 meter. Empat buah kolam merupakan kolam biologi,
sedangkan dua kolam lainnya merupakan kolam emergency. Dari 4 kolam, 3 kolam di
antaranya masing-masing dilengkapi dengan 2 buah aerator yang berfungsi sebagai
penyuplai oksigen. Dari 3 kolam
aerasi tersebut, 1 kolam difungsikan secara full aerasi sedangkan 2 kolam
aerasi lagi difungsikan secara bergantian, dan dioperasikan secara terus
menerus selama 24 jam. Limbah yang diolah di unit ini, berasal dari ceceran
lantai, bekas cucian dan lain sebagainya yang konsentrasi limbahnya rendah.
Kapasitas olah 700 - 800 m3/jam yang berasal dari Pusri IB, Pusri-II,
Pusri-III, Pusri-IV dan PPU. Hasil olahan langsung dialirkan ke Sungai Musi.
Di
pengolahan limbah cair juga ada peralatan yang disebut Hydrolizer - Stripper. Alat
itu merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah cair yang mengandung
Amoniak dan Urea dengan konsentrasi tinggi. Limbah tersebut berasal dari pabrik
Urea Pusri II, III dan IV, yang mengandung Urea 10.000 ppm dan Amoniak 3.500
mg/l yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting pit pada
masing-masing pabrik. Selanjutnya,
limbah tersebut melalui sistem perpipaan dipompakan untuk ditampung dalam
Buffer Tank. Dari Buffer Tank dipompakan kedalam Hydrolizer Stripper. Dalam
unit Hydrolizer akan terjadi proses hidrolisa larutan urea menjadi amoniak dan
CO2. Hasil hidrolisa urea
dipisahkan dalam Stripper dengan sistem Steam Sripping. Keluaran dari Stripper
berupa off gas dan treated water dengan konsentrasi Urea = nil dan Amoniak , 5
ppm. Angka itu jauh di bawah baku mutu yang ditentukan yakni 50 ppm.
Sementara itu, sebagai
pemisah dan pengolah lumpur yang berasal dari unit kolam biologi digunakan alat
yang disebut Sludge Removal Facilities. Lumpur yang berasal dari kolam biologi
dipompakan ke Thickener untuk diendapkan secara gravitasi.
Air yang berasal dari thickener dikeluarkan
secara overflow; endapan lumpur dari bagian bawah thickener dikeluarkan dan
dikumpulkan dalam reservoir tank dan dipompakan ke filter press untuk
dipisahkan airnya dan dipadatkan dengan tekanan 8 Bar, sehingga menghasilkan
padatan lumpur yang mengandung 40 % dray solid.
Unit
lainnya adalah unit pengolah limbah minyak menggunakan alat yang disebut Oil
Separator. Pada tiap-tiap collecting pit dilengkapi dengan unit pemisah minyak
yang bekerja secara continue dengan kapasitas olahan 20 m3/jam. Pemisahan
minyak ini dilakukan untuk menjaga agar konsentrasi minyak yang akan diolah di
Hydrolizer Stripper terjaga pada kisaran < 10 ppm. Pada saluran-saluran kecil di dalam pabrik juga
dipasang Oil Skimmer yang berfungsi untuk menangkap minyak, sehingga
konsentrasi minyak yang akan diolah di unit biologi sudah rendah.
Untuk mengolah limbah gas ada unit yang disebut Purge Gas Recovery Unit (PGRU). Ini adalah unit yang paling mahal dari keseluruhan unit pengolah limbah di PT Pusri. Dibangun pada pada tahun 1991 dan menghabiskan dana 13, 7 juta US dollar. PGRU adalah unit pengolah purge gas yang terbuang dari pabrik Amoniak Pusri-II, Pusri-III dan Pusri -IV. Hasil olahan berupa Tail gas digunakan sebagai bahan bakar sedangkan gas H2 dan NH3 dikembalikan ke proses untuk dipakai kembali.
Untuk mengolah limbah gas ada unit yang disebut Purge Gas Recovery Unit (PGRU). Ini adalah unit yang paling mahal dari keseluruhan unit pengolah limbah di PT Pusri. Dibangun pada pada tahun 1991 dan menghabiskan dana 13, 7 juta US dollar. PGRU adalah unit pengolah purge gas yang terbuang dari pabrik Amoniak Pusri-II, Pusri-III dan Pusri -IV. Hasil olahan berupa Tail gas digunakan sebagai bahan bakar sedangkan gas H2 dan NH3 dikembalikan ke proses untuk dipakai kembali.
Untuk
antisipasi gangguan operasional siaga alat scrubber unit. Ini merupakan peralatan
yang dipasang khusus untuk menanggulangi venting gas yang mengandung Amoniak
dari FIC-403 di pabrik Urea bila ada gangguan operasional. Hasil olahan
dikumpulkan dalam collecting pit dan kemudian dikirim ke Unit Hydrolizer
Stripper untuk diolah kembali.
Terakhir
untuk antisipasi polusi suara, pada sumber-sumber bunyi di peralatan pabrik
amoniak seperti cerobong venting-venting gas, dipasang alat peredam bunyi
(silencer) (mg12/adv/sumeks).
Sumber:
Nama: Novi Amanda Igasenja
NPM: 36413516
Kelas: 3ID01
Mata Kuliah: Pengetahuan Lingkungan